BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kita ketahui bahwa pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan
dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.
Dalam hal pendidikan, tentu tidak akan terlepas
dari kata belajar, dimana belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan
semua lapisan masyarakat. Bagi pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan
kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisah dari semua
kegiatan mereka dalam menunut ilmu dilembaga pendidikan formal. Kegiatan
belajar mengajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah
malam hari, sore hari atau pagi hari.
Dari dulu hingga sekarang para ahli psikologi
dan pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan masalah belajar. Penelitian
demi penilitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar sudah tercipta
sebagai hasil dari penelitian. Dari beberapa teori yang
terdcipta tersebut ada teori belajar penemuan yang dikembangkan oleh Jerome
Bruner, diamana pada saat ini teori merupakan salah satu teori yang baik untuk
dikembangkan di era globalisasi. Oleh karena itu dalam kesempatan akan di bahas
secara mendalam mengenai teori tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Teori Pendekatan menurut Jerome S. Bruner?
2. Apa yang di
maksud dengan pendekatan konsep menurut Jerome S. Bruner?
3. Bagaimana
konsep belajar penemuan menurut Jerome S. Bruner?
4. Bagaimana aplikasi pendekatan konsep belajar
penemuan menurut Jerome S. Bruner?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui teori pendekatan menurut
Jerome S. Bruner.
2.
Untuk mengetahui pendekatan konsep menurut
Jerome S. Bruner.
3.
Untuk mengetahui konsep belajar penemuan
menurut Jerome S. Bruner.
4.
Untuk mengetahui aplikasi pendekatan konsep
belajar penemuan menurut Jerome S. Bruner.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jerome S. Bruner dan Teorinya
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome
S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika
Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi
dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan
kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan
mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia
sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam
belajar, yaitu (1) prose perolehan informasi baru, (2) proses
mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan.Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan
membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau
mendengarkan audiovisual dan lain-lain.Proses transformasi pengetahuan
merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah
diterima agar sesuai dengan kebutuhan.Informasi yang diterima dianalisis,
diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat
dimanfaatkan.
B.
Pendekatan Menurut Jerome S.
Bruner
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu
bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses
pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus.
Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
Pendekatan
menurut bruner terhadap belajar, didasarkan pada dua asumsi (Rosser, 1984).
Asumsi pertama ialah, bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Berlawanan dengan para penganut teori perilaku, bruner yakin, bahwa
orang yang belajar interaksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak
hanya terjadi dilingkungan, tetapi dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi
kedua ialah, bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan
dengan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh
sebelumnya- suatu model alam (model of the world) menurut dia.
C.
Konsep Belajar Penemuan
Menurut Jerome S. Bruner
Belajar merupakan aktifitas yang berproses,
tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.
Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan
lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam konsep belajar
penemuan menurut Jerome Bruner ada tiga episode/tahap yang ditempuh oleh siswa,
yaitu: tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap
pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian materi). Dan konsep ini
merupakan konsep belajar yang menentang konsep belajar aliran behavioristik.
Nasution menjelaskan bahwa ketiga tahapan
konsep penemuan Jerome Bruner tersebut saling berkaitan.
1.
Tahap
informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tiap pelajaran kita proleh sejumlah
informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang
memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa
yang telah kita ketahui sebelumnya , misalnya tidak ada energy yang lenyap.
2.
Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi itu harus dianalisis , diubah atau
ditransformasi kebentuk yang lebih abstrakatau konseptual agar dapat digunakan
untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
3.
Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Kemudian dinilai hingga manakah pengetahuan
yang diproleh dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar ketiga tahapan ini selalu
terdapat. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar
dapat ditransformasi. Lama tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini antara lain
juga tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat,
keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini
juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan
kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan
dikelas. Pengalaman yang diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan
yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan
baru dari pelajaran sebelumya.
Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara
sadar mengembangkan proses belajar siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan
aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan linkungannya yang menyangkut
kognitif, efektif, dan psikomotorik.
v Peran
Guru
Langkah guru sebagai
fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan adalah:
1.
Merencanakan pelajaran sedemikian rupa
sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk
diselidiki para siswa.
2.
Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk
memecahkan masalah.
3.
Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif
adalah melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning
by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan
disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah
menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
4.
Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi
hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru
hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
5. Menilai hasil belajar
merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar belajar
penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri
konsep-konsep itu. Di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan meliputi
pemahaman tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke
dalam situsi baru dan situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses
pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan
masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya
pada situasi yang baru.
D.
Aplikasi Pendekatan
Konsep Belajar Penemuan Menurut Jerome S. Bruner
Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, maka
terlebih dahulu kita harus mengacu pada:
SK :
Memahami sifat-sifat larutan Asam-Basa dan penerapannya.
KD :
Mendeskripsikan teori-teori Asam-Basa dengan menentukan sifat larutan.
Indikator : - Menjelaskan
teori Asam-Basa
-
Menentukan sifat larutan Asam-Basa
-
Aplikasi konsep Asam-Basa dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan : Setelah mengikuti pelajaran ini,
siswa diharapkan mampu:
-
Menjelaskan sifat-sifat larutan Asam-Basa.
-
Mengaplikasikan konsep Asam-Basa dalam
kehidupan sehari-hari
1.
Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga
pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para
siswa.
Aplikasi :
Sebelum
KBM dimuali, seorang guru terlebih dahulu mempersiapkan permasalahan Asam-Basa yang akan dipecahkan
oleh siswa.
2.
Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah.
Aplikasi :
Guru memberikan
permasalahan tentang maagh yang berkaitan dengan asam lambung. Kemudian guru
mencontohkan seorang yang meminum obat sakit maagh sehingga sakitnya reda. Dari
permasalahan itu murid dirangsang untuk menjelaskan kenapa hal itu bisa
terjadi. Para siswa menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan
mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
3.
Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik
Aplikasi :
Guru menjelaskan permasalahan dengan cara
ikonik melalui gambar-gambar yang mewakili permasalahan dari konsep asam basa
tersebut.
4.
Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
Aplikasi:
Ketika siswa mencoba memecahkan masalah secara
teoritis guru bertindak sebagai tutor yang memberikan arahan kepada siswa agar
mendapatkan kesimpulan pemecahan masalah yang benar sesuai dengan reori
penunjang yang ada. Guru juga memberikan umpan balik pada waktu yang tepat guna
menunjang siswa dalam mendapat pemecahan masalahnya.
5.
Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Aplikasi :
Siswa dalam pemecahan masalah memiliki persepsi
yang berbeda – beda. Guru meluruskan persepsi siswa yang berbeda – beda itu
sehingga tidak menimbulkan miss konsepsi dalam pemecahan masalahnya. Gambar
yang digunakan untuk menerangkan masalah tadi juga dapat dijadikan sebagai
bahan penjelasan bagi guru kepada siswa agar penjelasan konsepsi dapat di perjelas.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari penjelasa
makalah diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal :
1.
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu
bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses
pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus.
Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep
2.
Menurut
J.Burner pendekatan konsep dapat bibagi menurut dua aspek. Aspek pertama yaitu
pengetahuan didapat melalui interaksi antara linbgkungan dengan individu. Dan
yang ke dua pengetahuan didapat dari rekonstruksi pengetahuanbya dengan apa
yang ada di alam.
3.
Dalam konsep belajar penemuan menurut Jerome
Bruner ada tiga episode/tahap yang ditempuh oleh siswa, yaitu: tahap informasi
(tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan
tahap evaluasi (tahap penilaian materi).
4.
Pendekatan
konsep ini dapat diaplikasikan dalam konsep asam basa yaitu dalam aplikasinya
menjelaskan proses netralisasi yang terjadi pada penyembuhan magh dari asam
lambung berlebih
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro
Teaching, Ciputat, Quantum Teaching, 2005.
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta,
Rienika Cipta, 2005.
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan
Aplikasi, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2008.
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2005.
http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Nasution, Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2006.
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan
Pendekatan Sistem, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2006.
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 2001.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 2008
dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar